Cari Blog Ini

Selasa, 04 Desember 2018

CONTOH TEKS OPINI BAHASA INGGRIS (HOAX)


HOAX

Oftentimes we hear news of "hoax" in various mass media. Lately hoax have been heavily reported in the mass media because they have caused unrest in the community because of the false news inside.
Then what do you think about hoax? hoax are fake news that has been planned for distribution. So, hoax is a false news / notification that is not clear source and usually the contents are not properly used to deceive the reader into believing something that has not been proven by a planned spread and in today's era where information is easily obtained, making hoaxes increasingly spread among the public.
There are many types of hoaxes that we can find in the mass media, both on the internet and on social media that make us nervous. First, urban legend hoax which contains news about a terrible story of a place. Second, hoax chain messages about a false message if it does not spread it gets bad or curses. The characteristics of chain message hoax, namely there are the words "share this message" for example, "share with 10 of your friends, if not in 3 days bad things will happen to you". Third, the type of political hoax, which is the hoax we meet most often before the election.
In my opinion this hoax news is very detrimental to society. Hoax news that spreads in the community through social media or news portals, causes public unrest and distrust of the government. Hoax news can be spread quickly because the level of internet users in Indonesia is high. The culture of Indonesian people who are proud when they can shared the news first, whether the news is true or not, is also one of the reasons.

In my experience the most widely spread news about hoax is Facebook and WhatsApp. Spreading hoax news through whatsapp is effective because every day everyone will definitely read the message on WhatsApp.

The government must begin to seriously handle  the spread of this hoax news. The revision of the UU ITE, which has just taken effect, can actually be a legal basis for trapping not only hoax news makers, but also those who spread it. But this criminal threat is less efficient because the spread of hoax news has been very massive and carried out by almost all internet users.
I strongly agree with the government's efforts in handling cases sharing this hoax news. But hoax news will not spread if we are aware and understand the dangers that arise if we spread this hoax news. Therefore, keep wisely using the internet. Do not easily believe all the news or news that is read. Re-examine the truth of the news by comparing, among other things, and do not spread the word refills that are not true.

CERPEN "TASYA DAN RENDY"


TASYA DAN RENDY

Namaku Tasya, gadis berumur 15 tahun yang tinggal di kota metropolitan, Jakarta. Yap! Aku masih duduk di bangku sekolah di salah satu sekolah yang cukup ternama disini. Serta tinggal di sebuah apartemen yang letaknya tidak cukup jauh dari sekolah. Papa mamaku orang yang bisa dibilang sangat jarang  menginjakkan kakinya dirumah, ya! Mereka sangat memprioritaskan pekerjaan mereka. Haha!  tidak masalah bagiku, karena aku tahu itu untuk kebaikanku bukan?.  Aku tinggal bersama bibi,dan Moly kucingku yang sangat pemberani.
Tidak seperti layaknya gadis-gadis metropolitan yang lebih suka menghabiskan waktu mereka diluar yang menganggap mall sudah seperti rumah kedua dan salon menjadi tempat saat mereka merasa gabut walau sebenarnya pekerjaan sedang menumpuk serta kafe yang menjadi tempat persinggahan 24 jam hanya umtuk bermain gadget bersama. Aku sangat berbeda, aku lebih suka menghabiskan waktuku dirumah. Entah hanya untuk membaca buku, membuat karya tulis, bermain musik kesukaan, atau lainnya. Bukan berarti aku tidak pernah keluar, tentu saja aku juga pernah bermain ke mall, kafe, dan salon tapi tidak sesering itu dan tujuannya pun pasti tidak sama. Mungkin ini alasan mereka menganggapku berbeda dan dia yang menganggapku istimewa.
Cerita dimulai ketika aku masih duduk di bangku smp. Aku yang dikenal oleh teman teman sebagai seorang yang introvert. Aku sangat jarang keluar kelas, bahkan ke kantin.
 “tettttt tetttt tetttt” bunyi bel tiga kali yangmenandakan saatnya istirahat. “Sya ke kantin yuk sekali sekali” ajak Fado, teman lelaki sebangku dari kelas 7 yang setia banget sama aku. “Engga deh Do, males banget aku. Sama temen yang lain gih” jawabku ke Fado “Kamu nih bosen aku sama temen cowo mulu!”. Memang aneh, sudah 2 tahun lebih sebangku, tapi hanya sekali dua kali ke kantin barengan, bahkan itu pun dulu waktu pertama masuk sekolah. “Ya deh, kali ini aja ya haha” jawabku ke Fado. “Yaelah sya sya takut banget sih keluar kelas. Kenapa? Takut ditaksir sama kakel ya? Gue lindungin deh ntar “ jawab Fado sambil memasang wajah jail favoritnya. “Apaan sih Do!” teriakku ke Fado yang sangat kesal melihatnya tertawa. “Candaaa Syaa hehe. Yuk!”. Hampir lupa rasanya jalan menuju ke kantin haha. Usai makan, aku dan Fado kembali ke kelas. Perjalanan dari kantin menuju kelas memang jauh, makanya aku males banget ke kantin. Sepanjang perjalanan aku merasa aneh, aku merasa dipandang banyak orang. Tapi mungkin hanya perasaanku doang. “Do! sini!” teriak seorang laki laki dari kejauhan yang memanggil Fado. Fado pun menoleh, dan aku terus meneruskan langkahku karena pengen banget cepet sampe kelas. “Eh Sya bentar aku ada yang manggil, kamu tungguin sini bentar jangan kemana mana”. Belum sempat menjawab apa yang dikatakan Fado, Fado pun sudah berlari menuju orang yang memanggilnya tadi.
“Iya mas ren? Kenapa?” tanya Fado ke mas Rendy, senior Fado di ekstra basket yang udah lama deket dan udah kaya temen sendiri.
“Pacarnya kali Renn! Iya ga Doo? “ Ejekan temen mas Rendy ke Fado
“Lah bukan mas haha kan tau sendiri Fado yang keren se sekolah ini terkenal sama jomblo abadinya hahaha”
“Lu mah ga cepet nyari! Males apa galaku sih Do hahaha”
“Gampang mah mas nyari orang ganteng gini pasti udah banyak yang ngincer. Jadi Itu Tasya mas temen sebangku gue dari kelas 7 tapi orangnya introvert banget. Kenapa? Mau kenalan? Aku panggilin”
“ Eh jangan Do! Kapan kapan aja. Udah sana kasian Tasya kepanasan nungguin”
“Yah pake ngentol nih mas rendy ya hahahaha! Yaudah dulun ya mas” sapa Fado ke mas Rendy dan segerombolan temennya.
“Lama banget si Do! Ngobrol sama siapa sih! cape tau! Udah mau masuk lagi! Mending baca di kelas deh kalo tau gini dari pada nemenin elu ke kantin”. Omelanku ke Fado yang masih berjalan ke arahku.
“Yah apaan sih Syaaa ngomel mulu, jelek banget tuh muka ehe yaudah yuk agak cepetan jalannya”
“Terserah pokonya gue gamau nemenin lu lagi ya Do!”
Waktu udah menunjukkan pukul 06.15. aku sudah siap dengan seragam putih abu-abu ku dan tas yang menggantung di pundakku. Dengan sarapan roti dan susu karamel, aku berjalan menuju keluar rumah.
“loh Do? Ngapain?
“Sengaja ahaha gue lama ga kesini. Kangen sama rumah lo”
“Eh ada mas Fado, tetep ganteng aja dari dulu. Masuk sini den, bibi bikinin sarapan”
“Eh bibi, nggausah bi, Fado udah sarapan kok. Mau langsung berangkat aja, tadi niatnya cuman mau ngajak Tasya berangkat bareng hehe lain kali ya Bi”
“Iya den, kalau gitu bibi masuk dulu”
“Eh bi ini nitip gelas susunya hehe” aku sambil menyerahkan gelas susuku kepada bibi.
“Yuk Do!”
Seperti biasa, pagi ini Fado menjemputku dengan vespa matic kesayangannya.
“Sya senior gue ada yang suka sama lo. Yang kemarin pas otw pulang dari kantin mau ke kelas itu loo”
“Apaan deh gapenting”.  Jawabku ke Fado yang sedikit jengkel. Ya! Memang aku tidak terlalu suka terhadap “percintaan remaja”. Aku belum pernah berpacaran, bukan karena apa. Aku menganggap bahwa masih ada banyak hal yang lebih penting untuk kulakukan daripada menanggapi hal hal tidak penting seperti itu.
“ Gue cuma mbilangin eluuu Sya!! Kenapa jutek amat”
“Nyetir yang bener dulu sana hahaha” aku sambil menggelitik Fado agar tercipta suasana hangat”
“Eh Sya ngawur deh gue geliannnn!!! Sya stop!”
Sesampai  di sekolah,  seperti biasa aku langsung membuka buku untuk kubaca. Dan Fado, selalu memilih bergabung dengan teman teman laki lainnya untuk bermain basket pagi pagi.
Istirahat pertama sudah dimulai. Kali ini aku merasakan ada yang aneh terjadi di perutku. Mungkin ini karena nyeri haid, dan aku lupa untuk tidak membawa air hangat seperti yang biasa kulakukan saat datang bulan. Aku hanya membawa bekal makanan yang diawakan bibi tadi pagi. Aku tidak mungkin untuk pergi ke kantin sendiri. Dan Fado, sekarang sedang bermain basket dengan teman temannya di lapangan.
Jam istirahat sudah hampir selesai, Fado belum kembali ke kelas. Yasudah, aku memberanikan diri untuk ke kantin sendirian.
Dijalan menuju kantin, tidak banyak anak yang berada di luar kelas. Mungkin karena jam istirahat akan berakhir. Setelah sampai di kantin, aku memilih untuk membeli teh hangat dengan gula yang super sedikit karena aku tidak suka manis dan menuangkannya ke botol yang sudah kubawa.
“Sebenarnya tidak terlalu buruk untuk pergi ke kantin sendirian, bahkan aku bisa lebih leluasa” ucapku dalam hati.
Aku memilih jalan lorong untuk mempercepat jalanku menuju kelas. Sedikit lupa, tapi tetap ingat hehe. Tidak terlalu buruk bukan? Untuk orang yang sudah 1 tahun lebih bersekolah disini tetapi hanya 1-3 kali pergi kekantin. Di jalan aku melihat banyak segerombolan orang yang sedang duduk didepan kelas.
“ apa seenak itu ya jadi senior yang udah lulus dan gaaada kerjaan di sekolah” gumam ku dalam hati.
“Sya! Berhenti dulu!” teriak seseorang dari arah belakang. Kutoleh orang tersebut. Benar- benar asing, aku belum pernah melihatnya. Ya jelas belum pernah. Aku saja tidak pernah keluar kelas kalau bukan karena kepepet dan bel pulang hihihi.
“iya?” jawabku dengan ragu. Terlihat segerombol orang dibelakang laki laki yang memanggilku tadi. Seperti memberikan dorongan semangat untuk laki laki tersebut yang telah memanggilku. Aku tidak paham, tapi yasudahlah tidak penting.
“Aku Rendy, 9A. Aku yang kemarin manggil Fado waktu Fado jalan sama kamu waktu otw kelas” Dengan menjulurkan tangan untuk berkenalan,laki laki tersebut malah membuatku takut. Aku tidak paham akan maksudnya. Untuk apa dia memberi informasi  bahwa kemarin dia lah yang memanggil Fado. Tapi yasudah, tidak ada salahnya membalas juluran tangan daripada dianggap sebagai adik kelas yang kurangajar hehe.
“Iya, aku Tasya” jawabku singkat, karena kupikir hanya itu yang perlu kukatakan.
“Fado mana? Dia nggak nganterin kamu ke kantin? Jawabnya.
Aku tidak punya banyak waktu untuk mengobrol lebih panjang. Setelah ini ada kelas fisika dan aku tidak mau ketinggalan materi hanya untuk berkenalan dengannya.
“Fado bermain basket, yasudah permisi ya kak, aku ada kelas fisika. Permisi,” jawabku sambil pergi menjauh.
“Oh iya lain kali kita ngobrol lagi ya, terimakasih !“ jawabnya agak berteriak karena aku yang sudah berjalan jauh.
Aku tidak menjawab permintaannya, karena kupikir untuk apa aku menjawab. Saat kembali ke kelas, Fado pun juga belum berada di sebelahku. Dasar memang nakal. Dia terlalu banyak telat masuk kelas saat seperti ini hanya untuk mementingkan round basket.
Hari ini hari Minggu. Pagi ini, Fado berencana untuk datang kerumah hanya untuk memintaku mengajari matematika. Bibi kali ini yang paling antusias, dia sudah menyiapkan minum, snack, dan makan siang untuk kami berdua. Serta ruang tamu yang begitu kinclong untukku dan Fado belajar nanti.
“Neng, den Fado sudah datang”ujar bibi kepadaku.
Aku segera turun, dengan membawa buku yang nanti akan kupelajari bersama Fado.
“Tumben ngga basket?” tanyaku sengit ke Fado.
“Kayanya belajar juga perlu deh sya buat ujian akhir hehehehe”
“Akhirnya lu sadar ya” ekspresi dengan menjulurkan lidah kuperlihatkan ke Fado.
Waktu sudah menujukkan pukul 12. Sudah banyak materi matematika yang kami pelajar. Entah saat itu Fado paham atau tidak hahaha. Bibi sudah mengantarkan makan siaang untukku dan Fado.  Ditengah makan siang, Fado membuka obrolan.
“Sya kemarin lu ke kantin sendiri ya? Terus ketemu mas Rendy?” Fado dengan wajauh keponya memintaku untuk menjawab.
“Iya! Lu sih basket mulu, kemarin perut gue sakit, akhirnya gue ke kantin sendiri buat beli teh anget. Iya, kemarin ada yang manggil gue terus ngajak kenalan dan bilang kalu dia yang manggil elu waktu kita otw kantin”
“Oh iyaa dia kemarin juga nanyain elu” jawabku ke Fado sambil mengunyah gado gado buatan bibi.
“Jadi kemarin gue keluar Sya, kumpul anggota basket gitu. Terus disana ada mas Rendy, gue diajak ngomong berdua. Dia kepo banget sama elu. Yaudah deh gue ceritain apa adanya elu.dia juga minta nomor lu, terus gue kasih. Udah chat dia?”
“Lah lu kenapaaa ga nanya gue dulu! Gue males tau Ren sama cowo gituan. Males sama cinta cinta an pokonya. Gue mau fokus dulu sama ujian akhir gue! Dan kedepannya gue mau fokus sama kelas 9 gue! Dia mah enak udah dapet SMA , nganggur. Makanya dia kurang kerjaan mulu.” Jawabku dengan memasang wajah kesal.
“ Ya gimanaa dong masa gue bilang ogah. Kan gamungkin. Sory ya hehe. Mas Rendy anaknya baik baik kok Sya. Pinter lagi. Dia gasuka sama cewe yang aneh aneh, yang suka dandan, sering keluar. Pokonya dia maunya elu Sya ahaha”
“Gue dekil gini ada yang suka ya ternyata Do hehe”
“DEKIL  APANYA MASYAALLAH! Lu ga make up aja keliatan cantik mulu tiap hari.”
“Oh jadi ceritanya lu muji gue ya hihihi”
“Hihihihi“  Fado yang akhirnya kalah dengan obrolan kita.
Setelah gado gado miliknya habis, Fado pamit untuk pulang. Tak lama kemudian. Ada pesan chat dari nomor yang tak ku kenali. Firasatku menuju pada cerita Fado. Ya, mas Rendy. Kulihat pesannya.
“ Selamat siang, Sya ini Rendy.”
Aku semakin ilfeel. Untuk apa dia mengirim pesan padaku. Aku kurang suka dengan caranya mendekatiku. Aku ini mau ujian akhir, kenapa ngga ngertiin juga sih.
Pesan Rendy kuabaikan. Aku tidak peduli apa yang akan Rendy katakan pada Fado nantinya. Kulanjutkan bermainku bersama Moly yang sudah menungguku sejak aku belajar bersama dengan Fado dari pagi.
Keesokan harinya, ternyata firasatku benar. Fado menanyakan hal tersebut kepadaku. Benar benar kesal.
“ Gue bener bener gapengen pacaran, Do. Buat apasih gapenting banget”
“ Yaudah lu bilang sendiri ya sama Mas Rendy tentang apa yang lu rasain ke dia. Sebelum dia makin ngejar elu. ”
Jawaban Fado membuatku berfikir pendek. Mungkin bertemu dan membicarakan apa yang kurasakan akan membuat semuanya menjadi lebih baik.  Tapi semua hanya kurencanakan saja, aku benar benar tidak ingin semuanya menjadi berlebihan. Ah sudah, kubiarkan saja Rendy.
Sebulan berlalu, pesan dari Rendy semakin menumpuk. Ucapan selamat malam, pagi, siang, dan sore tidak pernah absen dari hp ku.
“Do boleh nanya ga?”
“ Apaan” jawab Fado singkat
“Senior lu... Rendy, kenapa sih ngga pergi aja. Gue udah cuekin sebulan lebih loh. Tanpa ada respon sedikit pun ke dia.”
“Mungkin dia udah nemuin yang bener bener dia pengen. Lu emang beda,sya. Ga kaya cewe cewe lain yang bisanya cuman dandan, selfie, dih “
“Gausa dijawab gue geli denger jawaban lu” jawabku kesake Fado
“Nanti malem gue kerumah lu lagi, ajarin kimia ya!”
“Gausa ngomongpun kayanya gue juga udah tau kalu lu ntar kerumah.”
“Heheeee gue bawain snack deh nanti”
Fado memang lebih sering bermain ke rumah akhir akhir ini. Entah untuk belajar, atau hanya bermain. Aku terhibur dengan adanya dia dirumah. Sedikit membuat rame rumah saat mama papa pulang larut malam. Mama Fado pun juga jadi makin sering kerumah, hanya untuk mengantarkan snack saat aku dan Fado belajar.
“Sya, hari ini bisa ngobrol? Kita ketemu sebentar. “
Pesan tiba tiba dari Rendy yang sedikit mengagetkanku. Apa maksudnya? Untuk apa mengajakku berbicara seakan akan tujuannya serius. Kali ini kujawab pesannya. Sebenarnya aku juga ingin memberitahu kepadanya tentang sesuatu.
“Maaf, ngobrol tentang apa ya?” balasku ragu.
“Nanti saja. Bisa kan?”
“Bisa, datang saja kerumah ya, nanti Fado juga mau kerumah soalnya hehe”
“Oh.. okey” jawabnya tanpa menentang permintaanku sedikitpun. Aku heran, dia juga tidak bertanya dimana alamat rumahku, dan jam berapa dia akan kerumahku. Ah, sudahlah.
Pukul 7 masih lama, kuhabiskan soreku dengan bermain piano. Dan tidak terasa, malam pun tiba.
“Neng, den Fado sudah datang”
Panggil bibi yang mengagetkanku. Aku bergegas turun, dan membawa buku kimiaku.
“Do gue mau bilang sama lu kalo..”
“Gue tau, dia tadi bilang ke gua. Gue juga yang ngasi tau alamat rumah lu. Gue juga yang nentuin dia dateng jam berapa ahaha.” sela Fado.
“ Yaudaa kalo dah tau. Jangan nguping ya ntar!”
“Dih apaan yuk belajar keburu mas Rendy dateng”
Tepat pukul 7 lebih 15 menit, bel rumahku berbunyi. Kubuka pintu dan ternyata Rendy kali ini yang datang kerumah.
“Masuk mas,silahkan duduk”
“Terimakasih.” Jawabnya halus.
“Eh mas Rendy, yasudah aku kebelakang dulu ya Sya, mas Ren.” Pamit Fado kepadaku dan Rendy.
“ Maaf ya sya, jadi nyita waktu belajar kamu”
“Nggapapa kok, lagian belajarnya ini tadi juga ngga terlalu beneran.”
“Jadi gini Sya, maaf ya ini mungkin geli kalo kamu dengerin. Tapi ini emang beneran. Aku bener bener pengen serius sama kamu, aku suka sama sifat kamu. Kamu beda, kamu ngga kaya yang lain. Dan aku bener bener nyari yang kaya kamu”
“Hmm.. terimakasih mas udah mau jujur tapi maaf sebelumnya aku ga tertarik masalah percintaan remaja, aku mau fokus ujian semester. Mending kamu gausah ngejar-ngejar aku deh” jawabku dengan wajah judes.
“Gapapa kok sya aku tetep berjuang buat dapetin kamu walaupun kamu ga ngehargai aku. Makasih ya waktunya, maaf ganggu sya aku pamit pulang dulu” jawab rendy
Tiba – tiba Fado datang
“Lagi ngomongin apasih kalian kok serius banget, bikin kepo aja”
“Hah gapapa kok, gue pamit pulang dulu ya!” jawab Rendy.
 “Loh cepet banget gamau ngobrol- ngobrol bareng lagi nih? Mumpung lagi dirumahnya si tasya hahaha” canda Fado.
“Apaan sih do, gue gasuka ya sifat lu yang jail kayak gitu” jawab Tasya dengan marah.
“Udah lanjutin belajar sana gue pamit pulang dulu ya! Sampai ketemu di sekolah tasya cantik” goda Rendy.
Setelah itu mereka masuk  kerumah dan memulai belajar kimia. Tiba – tiba Fado memulai pembicaraan.
“Lu barusan ditembak mas rendy yaaa.. hayoo ngakuu!! Hahahaha” goda Fado
“Eh kalo ngomong dijaga ya, kenal juga nggak kok jadian” jawab Tasya
“Lah terus ngomongin apa dong, gue kepo nih sya. Kasih tau dong”
“Gapenting do, dia gajelas banget tiba-tiba chat mau ketemu ngomong bentar, eh taunya dia ngungkapin perasaannya ke gue, ya gue jawab dong gue ga tertarik masalah percintaan dan gue mau fokus ujian semester”
“Sadis banget lu Sya, terus si kakel itu jawab apa”
“Kata dia sih dia tetep berjuang. Kurang kerjaan banget kan dia ngejar-ngejar gue yang ga pasti, udah ah do jangan kepo lagi. Ayo lanjutin belajarnya, tadi sampai apa Do?”
 Keesokan harinya seperti biasa gue berangkat ke sekolah bareng Fado. Dari kejauhan ada Rendy sama temen-temennya menyapa gue dan Fado.
“Hai Do, hai Sya, pagi banget datengnya sekali – kali telat gitu lahh hahaha” canda Rendy.
“Gue anak baik-baik ya dateng tepat waktu, gatau kalo si fedo” jawab Tasya dengan nada yang tinggi.
“Pagi-pagi kok udah cemberut aja sih Sya” goda Rendy
Tanpa menjawab Rendy aku langsung meninggalkan Fado sendirian karena merasa jengkel dengan si kakel tersebut. Aku langsung menuju kelas dan duduk ditempat dudukku dengan wajah kesal. Fado menghampiriku dengan nafas yang terengah-engah.
“Lu sensitif banget si Sya, gitu aja langsung ngambek. Gue ditinggalin lagi.”
“Tau sendirikan gue lagi pms ya jelaslah gue sensitif, lagian ngapain sih si Rendy sok akrab sama gue” jawab Tasya kesal.
“Iya iya maaf Tasya si cewek intovert yang dalam setahun ke kantin cuma 2/3 kali”
Teettt....tettt...tettttt... bel istirahat berbunyi tetapi gue tetap di kelas membaca buku sambil memakan bekal yang dibuatkan bibi tadi pagi, sedangkan Fado seperti biasa dia bermain basket bersama teman-temannya.
Pada saat Fado bermain basket, tiba-tiba Rendy datang. Dengan kasarnya Rendy menarik Fado keluar lapangan yang terik tersebut. Ia ingin membicarakan sesuatu tentang Tasya.
“Ada yang bisa gue bantu ketua basketku?” goda Fado
“Alay deh lu, btw si tasya gimana? Gue kemaren udah nyatain perasaan gue tp gue di tolak mentah-mentah sama dia, gue pingin seriusin dia Do. Bantu gue lah..”
“Ya mau gimana lagi, dia orangnya introvert jadi susah di deketin. Tapi gue yakin lo bisa ngeluluhin hatinya si Tasya. Coba dengan hal-hal yang sederhana dulu”
“Contohnya? Ngasih dia buku pelajaran gitu? Hahaha”
“Ya nggak gitu juga lah, tunjukin kalo lo serius sama dia.
“Udah liat aja ntar waktu tasya masuk SMA,  gue tetep nungguin dia. Itu bukti keseriusan gue ke Tasya.” Jawab Rendy dengan penuh percaya diri.
Hari – hari cepat berlalu tidak terasa saatnya mengikuti ujian nasional tingkat SMP. Saatnnya Fado dan Tasya menentukan untuk melanjutkan SMA dimana. Hari-hari Tasya dipenuhi dengan belajar,belajar,dan belajar. Tasya sangat serius dengan ujian nasionalnya. Bukan tidak mungkin bahwa Tasya dapat masuk SMA yang favorit seperti SMA si Rendy.
Sebulan setelah ujian nasional hasil ujian tersebut sudah muncul dan ternyata Tasya dan Fado beda sma , mereka berpisah karena nilai Fado tidak mencukupi untuk masuk ke SMA favorit. Kebetulan sekali Tasya dan Rendy satu sekolahan lagi. Disinilah kisah cinta mereka dimulai.
 Saat pramos, Rendy tidak sengaja melihat Tasya sekelebatan. Rendy berpikir bahwa yang dilihatnya tadi hanyalah halusinasi. Rendy yang sedikit tidak percaya, langsung mencari info. Rendy menghubungi dengan mengirim pesan kepada Fado.
“Do?”
Tidak lama kemudian Fado menjawab.
“Iya Mas Ren? “
“Gimana kabar lo? Baik kan? Sekarang lo sekolah dimana ?”
“Wah baik kok mas, gue pisah sekolah nih sama Tasya”
“ Loh iya? Lo dimana? Tasya dimana?”
“ Gue di SMAN  5 Jakarta, Tasya di SMAN 45 Jaksel.”
“Yang bener lo Do ? berarti yang gue liat tadi....”
“Iya, Tasya satu sekolah sama lo, selamat yaaaa hahaha”
Rendy senang, saat jam istirahat, Rendy berusaha mencari Tasya yang dilihatnya tadi. Tetapi tetap saja tidak ketemu. Rendy tidak putus asa. Ia berpikir untuk menunggu Tasya di gerbang sekolah, supaya saat pulang nanti Rendy dapat bertemu dengan Tasya.
Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Rendy langsung menuju gerbang sekolah. Dan benar, Rendy melihat Tasya berjalan menuju gerbang.
“Sya!”
“Loh Mas Rendy?!” jawab Tasya kaget.
“Akhirnya ya ketemu lagi, tadi aku tau kamu sekelebatan, terus nyariin kamu lagi tapi ngga ketemu, hehe. Pulang bareng yuk Sya”
“Oh hehe, mmmmm ngga ngrepotin?”
“Ya engga lah, ya?”
“Okey deh.”
Sesampai dirumah Tasya, Tasya mengajak Rendy untuk masuk terlebih dahulu. Mereka mengobrol hangat. Rendy berusaha membahas pertanyaan yang belum Tasya jawab.
“Sya? Sekarang aku mau nanyain perasaan kamu ke aku lagi. Aku bener bener serius sama kamu. Sampe sekarang pun, aku nggak sama siapa siapa. Aku tetep nungguin kamu sampe sekarang.”
“Iya mas Ren, aku bisa liat sendiri. Tapi aku butuh waktu buat bener bener ngeyakinin perasaanku ke mas Rendy. Lagian, mas Rendy ngga nyesel apa kalo nantinya sama aku? Aku cupu banget loh, ngga cantik, ngga suka ke salon, kerjaannya dirumah mulu, haha”
“Kamu yang aku cari, Sya. Aku milih kamu bukan tanpa tujuan, aku pengen kamu yang aku anggap sempurna, bisa ngejadiin aku lebih baik nantinya.”
Tasya mulai luluh dengan perkataan Rendy.
“ Gimana? Kamu mau ngga jadi pacarku? Aku udah nunggu 2 tahun lebih, dan perasaan ini, sudah tidak tahan lagi untuk kupendam lebih lama.”
“Aku belum pernah pacaran...”
“Jawab mau atau tidak Sya,”
“Iya, aku mau.”
Akhirnya Tasya dan Rendy jadian. Seminggu sudah berlalu, dan mereka saling mencintai satu sama lain. Suatu hari, di suatu kafe, saat Rendy dan Tasya sedang makan malam, disitu terdapat Fado.
“Loh Sya?!” panggilan tersebut mengagetkanku, suara tidak asing yang sering kudengar dulu.
“Fado?” jawabku sedikit canggung.
“Kalian sudah....?”
“Iya,” jawab Rendy dengan cepat.
“iya Do, kita udah jadian sebulan yang lalu.” Tasya sambil tersenyum manis ke Fado.
“Selamat ya, semoga kalian bahagia dan bisa awet hehe” Fado tersenyum kecil sebagai tanda bahagianya melihat Tasya sudah memiliki pasangan.
“Ren, gue titip tasya ya. Tasya bener bener lugu. Awas lu macem macem!”
“Siap kapten hahahaa” Jawab Rendy dengan terbahak bahak.
Akhirnya Tasya dan Fado menemukan kebahagiaan masing-masing. Karena tidak lama setelah itu Fado menemukan perempuan yang dianggapnya pantas sebagai teman hidup.
Ternyata hubungan Tasya dan Rendy berlanjut hingga mereka kuliah. Mereka benar-benar bahagia dan Tasya tidak menyesal telah memilih Rendy, begitu juga sebaliknya.
-TAMAT-