TASYA DAN RENDY
Namaku
Tasya, gadis berumur 15 tahun yang tinggal di kota metropolitan, Jakarta. Yap!
Aku masih duduk di bangku sekolah di salah satu sekolah yang cukup ternama
disini. Serta tinggal di sebuah apartemen yang letaknya tidak cukup jauh dari
sekolah. Papa mamaku orang yang bisa dibilang sangat jarang menginjakkan kakinya dirumah, ya! Mereka
sangat memprioritaskan pekerjaan mereka. Haha!
tidak masalah bagiku, karena aku tahu itu untuk kebaikanku bukan?. Aku tinggal bersama bibi,dan Moly kucingku
yang sangat pemberani.
Tidak
seperti layaknya gadis-gadis metropolitan yang lebih suka menghabiskan waktu
mereka diluar yang menganggap mall sudah seperti rumah kedua dan salon menjadi
tempat saat mereka merasa gabut walau
sebenarnya pekerjaan sedang menumpuk serta kafe
yang menjadi tempat persinggahan 24 jam hanya umtuk bermain gadget bersama. Aku sangat berbeda, aku
lebih suka menghabiskan waktuku dirumah. Entah hanya untuk membaca buku,
membuat karya tulis, bermain musik kesukaan, atau lainnya. Bukan berarti aku
tidak pernah keluar, tentu saja aku juga pernah bermain ke mall, kafe, dan
salon tapi tidak sesering itu dan tujuannya pun pasti tidak sama. Mungkin ini
alasan mereka menganggapku berbeda dan dia yang menganggapku istimewa.
Cerita
dimulai ketika aku masih duduk di bangku smp. Aku yang dikenal oleh teman teman
sebagai seorang yang introvert. Aku sangat jarang keluar kelas, bahkan ke
kantin.
“tettttt tetttt tetttt” bunyi bel tiga kali
yangmenandakan saatnya istirahat. “Sya ke kantin yuk sekali sekali” ajak Fado,
teman lelaki sebangku dari kelas 7 yang setia banget sama aku. “Engga deh Do,
males banget aku. Sama temen yang lain gih” jawabku ke Fado “Kamu nih bosen aku
sama temen cowo mulu!”. Memang aneh, sudah 2 tahun lebih sebangku, tapi hanya
sekali dua kali ke kantin barengan, bahkan itu pun dulu waktu pertama masuk
sekolah. “Ya deh, kali ini aja ya haha” jawabku ke Fado. “Yaelah sya sya takut
banget sih keluar kelas. Kenapa? Takut ditaksir sama kakel ya? Gue lindungin
deh ntar “ jawab Fado sambil memasang wajah jail favoritnya. “Apaan sih Do!” teriakku
ke Fado yang sangat kesal melihatnya tertawa. “Candaaa Syaa hehe. Yuk!”. Hampir
lupa rasanya jalan menuju ke kantin haha. Usai makan, aku dan Fado kembali ke
kelas. Perjalanan dari kantin menuju kelas memang jauh, makanya aku males
banget ke kantin. Sepanjang perjalanan aku merasa aneh, aku merasa dipandang
banyak orang. Tapi mungkin hanya perasaanku doang. “Do! sini!” teriak seorang
laki laki dari kejauhan yang memanggil Fado. Fado pun menoleh, dan aku terus
meneruskan langkahku karena pengen banget cepet sampe kelas. “Eh Sya bentar aku
ada yang manggil, kamu tungguin sini bentar jangan kemana mana”. Belum sempat
menjawab apa yang dikatakan Fado, Fado pun sudah berlari menuju orang yang
memanggilnya tadi.
“Iya
mas ren? Kenapa?” tanya Fado ke mas Rendy, senior Fado di ekstra basket yang
udah lama deket dan udah kaya temen sendiri.
“Pacarnya
kali Renn! Iya ga Doo? “ Ejekan temen mas Rendy ke Fado
“Lah
bukan mas haha kan tau sendiri Fado yang keren se sekolah ini terkenal sama
jomblo abadinya hahaha”
“Lu
mah ga cepet nyari! Males apa galaku sih Do hahaha”
“Gampang
mah mas nyari orang ganteng gini pasti udah banyak yang ngincer. Jadi Itu Tasya
mas temen sebangku gue dari kelas 7 tapi orangnya introvert banget. Kenapa? Mau
kenalan? Aku panggilin”
“
Eh jangan Do! Kapan kapan aja. Udah sana kasian Tasya kepanasan nungguin”
“Yah
pake ngentol nih mas rendy ya hahahaha! Yaudah dulun ya mas” sapa Fado ke mas
Rendy dan segerombolan temennya.
“Lama
banget si Do! Ngobrol sama siapa sih! cape tau! Udah mau masuk lagi! Mending
baca di kelas deh kalo tau gini dari pada nemenin elu ke kantin”. Omelanku ke
Fado yang masih berjalan ke arahku.
“Yah
apaan sih Syaaa ngomel mulu, jelek banget tuh muka ehe yaudah yuk agak cepetan
jalannya”
“Terserah
pokonya gue gamau nemenin lu lagi ya Do!”
Waktu
udah menunjukkan pukul 06.15. aku sudah siap dengan seragam putih abu-abu ku
dan tas yang menggantung di pundakku. Dengan sarapan roti dan susu karamel, aku
berjalan menuju keluar rumah.
“loh
Do? Ngapain?
“Sengaja
ahaha gue lama ga kesini. Kangen sama rumah lo”
“Eh
ada mas Fado, tetep ganteng aja dari dulu. Masuk sini den, bibi bikinin
sarapan”
“Eh
bibi, nggausah bi, Fado udah sarapan kok. Mau langsung berangkat aja, tadi
niatnya cuman mau ngajak Tasya berangkat bareng hehe lain kali ya Bi”
“Iya
den, kalau gitu bibi masuk dulu”
“Eh
bi ini nitip gelas susunya hehe” aku sambil menyerahkan gelas susuku kepada
bibi.
“Yuk
Do!”
Seperti
biasa, pagi ini Fado menjemputku dengan vespa matic kesayangannya.
“Sya
senior gue ada yang suka sama lo. Yang kemarin pas otw pulang dari kantin mau
ke kelas itu loo”
“Apaan
deh gapenting”. Jawabku ke Fado yang
sedikit jengkel. Ya! Memang aku tidak terlalu suka terhadap “percintaan
remaja”. Aku belum pernah berpacaran, bukan karena apa. Aku menganggap bahwa
masih ada banyak hal yang lebih penting untuk kulakukan daripada menanggapi hal
hal tidak penting seperti itu.
“
Gue cuma mbilangin eluuu Sya!! Kenapa jutek amat”
“Nyetir
yang bener dulu sana hahaha” aku sambil menggelitik Fado agar tercipta suasana
hangat”
“Eh
Sya ngawur deh gue geliannnn!!! Sya stop!”
Sesampai di sekolah,
seperti biasa aku langsung membuka buku untuk kubaca. Dan Fado, selalu
memilih bergabung dengan teman teman laki lainnya untuk bermain basket pagi
pagi.
Istirahat
pertama sudah dimulai. Kali ini aku merasakan ada yang aneh terjadi di perutku.
Mungkin ini karena nyeri haid, dan aku lupa untuk tidak membawa air hangat
seperti yang biasa kulakukan saat datang bulan. Aku hanya membawa bekal makanan
yang diawakan bibi tadi pagi. Aku tidak mungkin untuk pergi ke kantin sendiri.
Dan Fado, sekarang sedang bermain basket dengan teman temannya di lapangan.
Jam
istirahat sudah hampir selesai, Fado belum kembali ke kelas. Yasudah, aku
memberanikan diri untuk ke kantin sendirian.
Dijalan
menuju kantin, tidak banyak anak yang berada di luar kelas. Mungkin karena jam
istirahat akan berakhir. Setelah sampai di kantin, aku memilih untuk membeli
teh hangat dengan gula yang super sedikit karena aku tidak suka manis dan
menuangkannya ke botol yang sudah kubawa.
“Sebenarnya
tidak terlalu buruk untuk pergi ke kantin sendirian, bahkan aku bisa lebih
leluasa” ucapku dalam hati.
Aku
memilih jalan lorong untuk mempercepat jalanku menuju kelas. Sedikit lupa, tapi
tetap ingat hehe. Tidak terlalu buruk bukan? Untuk orang yang sudah 1 tahun
lebih bersekolah disini tetapi hanya 1-3 kali pergi kekantin. Di jalan aku
melihat banyak segerombolan orang yang sedang duduk didepan kelas.
“
apa seenak itu ya jadi senior yang udah lulus dan gaaada kerjaan di sekolah”
gumam ku dalam hati.
“Sya!
Berhenti dulu!” teriak seseorang dari arah belakang. Kutoleh orang tersebut.
Benar- benar asing, aku belum pernah melihatnya. Ya jelas belum pernah. Aku
saja tidak pernah keluar kelas kalau bukan karena kepepet dan bel pulang
hihihi.
“iya?”
jawabku dengan ragu. Terlihat segerombol orang dibelakang laki laki yang
memanggilku tadi. Seperti memberikan dorongan semangat untuk laki laki tersebut
yang telah memanggilku. Aku tidak paham, tapi yasudahlah tidak penting.
“Aku
Rendy, 9A. Aku yang kemarin manggil Fado waktu Fado jalan sama kamu waktu otw
kelas” Dengan menjulurkan tangan untuk berkenalan,laki laki tersebut malah
membuatku takut. Aku tidak paham akan maksudnya. Untuk apa dia memberi
informasi bahwa kemarin dia lah yang
memanggil Fado. Tapi yasudah, tidak ada salahnya membalas juluran tangan
daripada dianggap sebagai adik kelas yang kurangajar hehe.
“Iya,
aku Tasya” jawabku singkat, karena kupikir hanya itu yang perlu kukatakan.
“Fado
mana? Dia nggak nganterin kamu ke kantin? Jawabnya.
Aku
tidak punya banyak waktu untuk mengobrol lebih panjang. Setelah ini ada kelas
fisika dan aku tidak mau ketinggalan materi hanya untuk berkenalan dengannya.
“Fado
bermain basket, yasudah permisi ya kak, aku ada kelas fisika. Permisi,” jawabku
sambil pergi menjauh.
“Oh
iya lain kali kita ngobrol lagi ya, terimakasih !“ jawabnya agak berteriak
karena aku yang sudah berjalan jauh.
Aku
tidak menjawab permintaannya, karena kupikir untuk apa aku menjawab. Saat
kembali ke kelas, Fado pun juga belum berada di sebelahku. Dasar memang nakal.
Dia terlalu banyak telat masuk kelas saat seperti ini hanya untuk mementingkan
round basket.
Hari
ini hari Minggu. Pagi ini, Fado berencana untuk datang kerumah hanya untuk
memintaku mengajari matematika. Bibi kali ini yang paling antusias, dia sudah
menyiapkan minum, snack, dan makan siang untuk kami berdua. Serta ruang tamu
yang begitu kinclong untukku dan Fado belajar nanti.
“Neng,
den Fado sudah datang”ujar bibi kepadaku.
Aku
segera turun, dengan membawa buku yang nanti akan kupelajari bersama Fado.
“Tumben
ngga basket?” tanyaku sengit ke Fado.
“Kayanya
belajar juga perlu deh sya buat ujian akhir hehehehe”
“Akhirnya
lu sadar ya” ekspresi dengan menjulurkan lidah kuperlihatkan ke Fado.
Waktu
sudah menujukkan pukul 12. Sudah banyak materi matematika yang kami pelajar.
Entah saat itu Fado paham atau tidak hahaha. Bibi sudah mengantarkan makan
siaang untukku dan Fado. Ditengah makan
siang, Fado membuka obrolan.
“Sya
kemarin lu ke kantin sendiri ya? Terus ketemu mas Rendy?” Fado dengan wajauh
keponya memintaku untuk menjawab.
“Iya!
Lu sih basket mulu, kemarin perut gue sakit, akhirnya gue ke kantin sendiri
buat beli teh anget. Iya, kemarin ada yang manggil gue terus ngajak kenalan dan
bilang kalu dia yang manggil elu waktu kita otw kantin”
“Oh
iyaa dia kemarin juga nanyain elu” jawabku ke Fado sambil mengunyah gado gado
buatan bibi.
“Jadi
kemarin gue keluar Sya, kumpul anggota basket gitu. Terus disana ada mas Rendy,
gue diajak ngomong berdua. Dia kepo banget sama elu. Yaudah deh gue ceritain
apa adanya elu.dia juga minta nomor lu, terus gue kasih. Udah chat dia?”
“Lah
lu kenapaaa ga nanya gue dulu! Gue males tau Ren sama cowo gituan. Males sama
cinta cinta an pokonya. Gue mau fokus dulu sama ujian akhir gue! Dan kedepannya
gue mau fokus sama kelas 9 gue! Dia mah enak udah dapet SMA , nganggur. Makanya
dia kurang kerjaan mulu.” Jawabku dengan memasang wajah kesal.
“
Ya gimanaa dong masa gue bilang ogah. Kan gamungkin. Sory ya hehe. Mas Rendy
anaknya baik baik kok Sya. Pinter lagi. Dia gasuka sama cewe yang aneh aneh,
yang suka dandan, sering keluar. Pokonya dia maunya elu Sya ahaha”
“Gue
dekil gini ada yang suka ya ternyata Do hehe”
“DEKIL
APANYA MASYAALLAH! Lu ga make up aja
keliatan cantik mulu tiap hari.”
“Oh
jadi ceritanya lu muji gue ya hihihi”
“Hihihihi“ Fado yang akhirnya kalah dengan obrolan kita.
Setelah
gado gado miliknya habis, Fado pamit untuk pulang. Tak lama kemudian. Ada pesan
chat dari nomor yang tak ku kenali. Firasatku menuju pada cerita Fado. Ya, mas
Rendy. Kulihat pesannya.
“
Selamat siang, Sya ini Rendy.”
Aku
semakin ilfeel. Untuk apa dia
mengirim pesan padaku. Aku kurang suka dengan caranya mendekatiku. Aku ini mau
ujian akhir, kenapa ngga ngertiin juga sih.
Pesan
Rendy kuabaikan. Aku tidak peduli apa yang akan Rendy katakan pada Fado
nantinya. Kulanjutkan bermainku bersama Moly yang sudah menungguku sejak aku
belajar bersama dengan Fado dari pagi.
Keesokan
harinya, ternyata firasatku benar. Fado menanyakan hal tersebut kepadaku. Benar
benar kesal.
“
Gue bener bener gapengen pacaran, Do. Buat apasih gapenting banget”
“
Yaudah lu bilang sendiri ya sama Mas Rendy tentang apa yang lu rasain ke dia.
Sebelum dia makin ngejar elu. ”
Jawaban
Fado membuatku berfikir pendek. Mungkin bertemu dan membicarakan apa yang
kurasakan akan membuat semuanya menjadi lebih baik. Tapi semua hanya kurencanakan saja, aku benar
benar tidak ingin semuanya menjadi berlebihan. Ah sudah, kubiarkan saja Rendy.
Sebulan
berlalu, pesan dari Rendy semakin menumpuk. Ucapan selamat malam, pagi, siang,
dan sore tidak pernah absen dari hp ku.
“Do
boleh nanya ga?”
“
Apaan” jawab Fado singkat
“Senior
lu... Rendy, kenapa sih ngga pergi aja. Gue udah cuekin sebulan lebih loh.
Tanpa ada respon sedikit pun ke dia.”
“Mungkin
dia udah nemuin yang bener bener dia pengen. Lu emang beda,sya. Ga kaya cewe
cewe lain yang bisanya cuman dandan, selfie, dih “
“Gausa
dijawab gue geli denger jawaban lu” jawabku kesake Fado
“Nanti
malem gue kerumah lu lagi, ajarin kimia ya!”
“Gausa
ngomongpun kayanya gue juga udah tau kalu lu ntar kerumah.”
“Heheeee
gue bawain snack deh nanti”
Fado
memang lebih sering bermain ke rumah akhir akhir ini. Entah untuk belajar, atau
hanya bermain. Aku terhibur dengan adanya dia dirumah. Sedikit membuat rame
rumah saat mama papa pulang larut malam. Mama Fado pun juga jadi makin sering
kerumah, hanya untuk mengantarkan snack saat aku dan Fado belajar.
“Sya,
hari ini bisa ngobrol? Kita ketemu sebentar. “
Pesan
tiba tiba dari Rendy yang sedikit mengagetkanku. Apa maksudnya? Untuk apa
mengajakku berbicara seakan akan tujuannya serius. Kali ini kujawab pesannya.
Sebenarnya aku juga ingin memberitahu kepadanya tentang sesuatu.
“Maaf,
ngobrol tentang apa ya?” balasku ragu.
“Nanti
saja. Bisa kan?”
“Bisa,
datang saja kerumah ya, nanti Fado juga mau kerumah soalnya hehe”
“Oh..
okey” jawabnya tanpa menentang permintaanku sedikitpun. Aku heran, dia juga
tidak bertanya dimana alamat rumahku, dan jam berapa dia akan kerumahku. Ah,
sudahlah.
Pukul
7 masih lama, kuhabiskan soreku dengan bermain piano. Dan tidak terasa, malam
pun tiba.
“Neng,
den Fado sudah datang”
Panggil
bibi yang mengagetkanku. Aku bergegas turun, dan membawa buku kimiaku.
“Do
gue mau bilang sama lu kalo..”
“Gue
tau, dia tadi bilang ke gua. Gue juga yang ngasi tau alamat rumah lu. Gue juga
yang nentuin dia dateng jam berapa ahaha.” sela Fado.
“
Yaudaa kalo dah tau. Jangan nguping ya ntar!”
“Dih
apaan yuk belajar keburu mas Rendy dateng”
Tepat
pukul 7 lebih 15 menit, bel rumahku berbunyi. Kubuka pintu dan ternyata Rendy
kali ini yang datang kerumah.
“Masuk
mas,silahkan duduk”
“Terimakasih.”
Jawabnya halus.
“Eh
mas Rendy, yasudah aku kebelakang dulu ya Sya, mas Ren.” Pamit Fado kepadaku
dan Rendy.
“
Maaf ya sya, jadi nyita waktu belajar kamu”
“Nggapapa
kok, lagian belajarnya ini tadi juga ngga terlalu beneran.”
“Jadi
gini Sya, maaf ya ini mungkin geli kalo kamu dengerin. Tapi ini emang beneran.
Aku bener bener pengen serius sama kamu, aku suka sama sifat kamu. Kamu beda,
kamu ngga kaya yang lain. Dan aku bener bener nyari yang kaya kamu”
“Hmm..
terimakasih mas udah mau jujur tapi maaf sebelumnya aku ga tertarik masalah
percintaan remaja, aku mau fokus ujian semester. Mending kamu gausah
ngejar-ngejar aku deh” jawabku dengan wajah judes.
“Gapapa kok sya aku tetep berjuang buat dapetin kamu
walaupun kamu ga ngehargai aku. Makasih ya waktunya, maaf ganggu sya aku pamit
pulang dulu” jawab rendy
Tiba
– tiba Fado datang
“Lagi
ngomongin apasih kalian kok serius banget, bikin kepo aja”
“Hah
gapapa kok, gue pamit pulang dulu ya!” jawab Rendy.
“Loh cepet banget gamau ngobrol- ngobrol
bareng lagi nih? Mumpung lagi dirumahnya si tasya hahaha” canda Fado.
“Apaan
sih do, gue gasuka ya sifat lu yang jail kayak gitu” jawab Tasya dengan marah.
“Udah
lanjutin belajar sana gue pamit pulang dulu ya! Sampai ketemu di sekolah tasya
cantik” goda Rendy.
Setelah
itu mereka masuk kerumah dan memulai belajar
kimia. Tiba – tiba Fado memulai pembicaraan.
“Lu
barusan ditembak mas rendy yaaa.. hayoo ngakuu!! Hahahaha” goda Fado
“Eh
kalo ngomong dijaga ya, kenal juga nggak kok jadian” jawab Tasya
“Lah
terus ngomongin apa dong, gue kepo nih sya. Kasih tau dong”
“Gapenting
do, dia gajelas banget tiba-tiba chat mau ketemu ngomong bentar, eh taunya dia
ngungkapin perasaannya ke gue, ya gue jawab dong gue ga tertarik masalah
percintaan dan gue mau fokus ujian semester”
“Sadis
banget lu Sya, terus si kakel itu jawab apa”
“Kata
dia sih dia tetep berjuang. Kurang kerjaan banget kan dia ngejar-ngejar gue
yang ga pasti, udah ah do jangan kepo lagi. Ayo lanjutin belajarnya, tadi
sampai apa Do?”
Keesokan harinya seperti biasa gue berangkat
ke sekolah bareng Fado. Dari kejauhan ada Rendy sama temen-temennya menyapa gue
dan Fado.
“Hai
Do, hai Sya, pagi banget datengnya sekali – kali telat gitu lahh hahaha” canda
Rendy.
“Gue
anak baik-baik ya dateng tepat waktu, gatau kalo si fedo” jawab Tasya dengan
nada yang tinggi.
“Pagi-pagi
kok udah cemberut aja sih Sya” goda Rendy
Tanpa
menjawab Rendy aku langsung meninggalkan Fado sendirian karena merasa jengkel
dengan si kakel tersebut. Aku langsung menuju kelas dan duduk ditempat dudukku
dengan wajah kesal. Fado menghampiriku dengan nafas yang terengah-engah.
“Lu
sensitif banget si Sya, gitu aja langsung ngambek. Gue ditinggalin lagi.”
“Tau
sendirikan gue lagi pms ya jelaslah gue sensitif, lagian ngapain sih si Rendy
sok akrab sama gue” jawab Tasya kesal.
“Iya
iya maaf Tasya si cewek intovert yang dalam setahun ke kantin cuma 2/3 kali”
Teettt....tettt...tettttt...
bel istirahat berbunyi tetapi gue tetap di kelas membaca buku sambil memakan bekal
yang dibuatkan bibi tadi pagi, sedangkan Fado seperti biasa dia bermain basket
bersama teman-temannya.
Pada
saat Fado bermain basket, tiba-tiba Rendy datang. Dengan kasarnya Rendy menarik
Fado keluar lapangan yang terik tersebut. Ia ingin membicarakan sesuatu tentang
Tasya.
“Ada
yang bisa gue bantu ketua basketku?” goda Fado
“Alay
deh lu, btw si tasya gimana? Gue kemaren udah nyatain perasaan gue tp gue di
tolak mentah-mentah sama dia, gue pingin seriusin dia Do. Bantu gue lah..”
“Ya
mau gimana lagi, dia orangnya introvert jadi susah di deketin. Tapi gue yakin
lo bisa ngeluluhin hatinya si Tasya. Coba dengan hal-hal yang sederhana dulu”
“Contohnya?
Ngasih dia buku pelajaran gitu? Hahaha”
“Ya
nggak gitu juga lah, tunjukin kalo lo serius sama dia.
“Udah
liat aja ntar waktu tasya masuk SMA, gue
tetep nungguin dia. Itu bukti keseriusan gue ke Tasya.” Jawab Rendy dengan
penuh percaya diri.
Hari
– hari cepat berlalu tidak terasa saatnya mengikuti ujian nasional tingkat SMP.
Saatnnya Fado dan Tasya menentukan untuk melanjutkan SMA dimana. Hari-hari Tasya
dipenuhi dengan belajar,belajar,dan belajar. Tasya sangat serius dengan ujian
nasionalnya. Bukan tidak mungkin bahwa Tasya dapat masuk SMA yang favorit
seperti SMA si Rendy.
Sebulan
setelah ujian nasional hasil ujian tersebut sudah muncul dan ternyata Tasya dan
Fado beda sma , mereka berpisah karena nilai Fado tidak mencukupi untuk masuk
ke SMA favorit. Kebetulan sekali Tasya dan Rendy satu sekolahan lagi. Disinilah
kisah cinta mereka dimulai.
Saat pramos, Rendy tidak sengaja melihat Tasya
sekelebatan. Rendy berpikir bahwa yang dilihatnya tadi hanyalah halusinasi.
Rendy yang sedikit tidak percaya, langsung mencari info. Rendy menghubungi
dengan mengirim pesan kepada Fado.
“Do?”
Tidak
lama kemudian Fado menjawab.
“Iya
Mas Ren? “
“Gimana
kabar lo? Baik kan? Sekarang lo sekolah dimana ?”
“Wah
baik kok mas, gue pisah sekolah nih sama Tasya”
“
Loh iya? Lo dimana? Tasya dimana?”
“
Gue di SMAN 5 Jakarta, Tasya di SMAN 45
Jaksel.”
“Yang
bener lo Do ? berarti yang gue liat tadi....”
“Iya,
Tasya satu sekolah sama lo, selamat yaaaa hahaha”
Rendy
senang, saat jam istirahat, Rendy berusaha mencari Tasya yang dilihatnya tadi.
Tetapi tetap saja tidak ketemu. Rendy tidak putus asa. Ia berpikir untuk
menunggu Tasya di gerbang sekolah, supaya saat pulang nanti Rendy dapat bertemu
dengan Tasya.
Bel
pulang sekolah sudah berbunyi. Rendy langsung menuju gerbang sekolah. Dan
benar, Rendy melihat Tasya berjalan menuju gerbang.
“Sya!”
“Loh
Mas Rendy?!” jawab Tasya kaget.
“Akhirnya
ya ketemu lagi, tadi aku tau kamu sekelebatan, terus nyariin kamu lagi tapi
ngga ketemu, hehe. Pulang bareng yuk Sya”
“Oh
hehe, mmmmm ngga ngrepotin?”
“Ya
engga lah, ya?”
“Okey
deh.”
Sesampai
dirumah Tasya, Tasya mengajak Rendy untuk masuk terlebih dahulu. Mereka
mengobrol hangat. Rendy berusaha membahas pertanyaan yang belum Tasya jawab.
“Sya?
Sekarang aku mau nanyain perasaan kamu ke aku lagi. Aku bener bener serius sama
kamu. Sampe sekarang pun, aku nggak sama siapa siapa. Aku tetep nungguin kamu
sampe sekarang.”
“Iya
mas Ren, aku bisa liat sendiri. Tapi aku butuh waktu buat bener bener
ngeyakinin perasaanku ke mas Rendy. Lagian, mas Rendy ngga nyesel apa kalo
nantinya sama aku? Aku cupu banget loh, ngga cantik, ngga suka ke salon,
kerjaannya dirumah mulu, haha”
“Kamu
yang aku cari, Sya. Aku milih kamu bukan tanpa tujuan, aku pengen kamu yang aku
anggap sempurna, bisa ngejadiin aku lebih baik nantinya.”
Tasya
mulai luluh dengan perkataan Rendy.
“
Gimana? Kamu mau ngga jadi pacarku? Aku udah nunggu 2 tahun lebih, dan perasaan
ini, sudah tidak tahan lagi untuk kupendam lebih lama.”
“Aku
belum pernah pacaran...”
“Jawab
mau atau tidak Sya,”
“Iya,
aku mau.”
Akhirnya
Tasya dan Rendy jadian. Seminggu sudah berlalu, dan mereka saling mencintai
satu sama lain. Suatu hari, di suatu kafe, saat Rendy dan Tasya sedang makan
malam, disitu terdapat Fado.
“Loh
Sya?!” panggilan tersebut mengagetkanku, suara tidak asing yang sering kudengar
dulu.
“Fado?”
jawabku sedikit canggung.
“Kalian
sudah....?”
“Iya,”
jawab Rendy dengan cepat.
“iya
Do, kita udah jadian sebulan yang lalu.” Tasya sambil tersenyum manis ke Fado.
“Selamat
ya, semoga kalian bahagia dan bisa awet hehe” Fado tersenyum kecil sebagai
tanda bahagianya melihat Tasya sudah memiliki pasangan.
“Ren,
gue titip tasya ya. Tasya bener bener lugu. Awas lu macem macem!”
“Siap
kapten hahahaa” Jawab Rendy dengan terbahak bahak.
Akhirnya
Tasya dan Fado menemukan kebahagiaan masing-masing. Karena tidak lama setelah
itu Fado menemukan perempuan yang dianggapnya pantas sebagai teman hidup.
Ternyata
hubungan Tasya dan Rendy berlanjut hingga mereka kuliah. Mereka benar-benar
bahagia dan Tasya tidak menyesal telah memilih Rendy, begitu juga sebaliknya.
-TAMAT-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar